Beton memberi keindahan yang mentah dengan menitikberatkan corak, tekstur dan permukaan yang membentuk campuran beton. Sedangkan ketenangan yang dipancarkan warna hitam memungkinkan arsitek untuk menonjolkan karakteristik tertentu. Bagaimana jika kedua hal ini digabungkan? Bagian berikut akan menjelaskan proses pembuatan beton hitam.
Proses pewarnaan beton bukanlah hal yang baru. Percobaan dimulai pada tahun 1950an yang melibatkan pencampuran pigmen, dalam bentuk bubuk atau cairan, kepada agregat beton ketika masih kering dalam takaran 2 hingga 5% berat semen. Seluruh campuran menjadi bewarna, walaupun hanya sedikit bagian yang nampak. Khususnya untuk beton hitam, besi oksida (Fe3O4), yang ditemukan dalam bentuk mineral magnetit, biasa digunakan. Ketika ditambahkan ke dalam campuran beton, partikel besi oksida menyelimuti partikel semen yang berukuran 10x lebih kecil. Inilah sebabnya jumlah pigmen didasari jumlah semen, bukan pasir, kerikil atau air.
Pewarnaan beton sebenarnya hanya untuk estetika. Secara struktural, beton berwarna sama dengan beton biasa. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa pigmen dapat mengurangi kepadatan, meningkatkan kemampuan menyerap air sebanyak 1%, dan kuat tekan sebanyak 20%. Sehingga kesimpulannya adalah penggunaan pigmen pada beton tidak berpengaruh buruk terhadap sifat fisik dan daya tahan beton.
Penggunaan beton berwarna memerlukan proses yang lebih terkontrol dan idealnya diproduksi oleh supplier khusus. Masalah lain yang harus diperhitungkan adalah untuk perawatan perlu diperhatikan agar mencapai warna semula. .Dokumentasi desain yang baik diperlukan untuk hal ini. Dengan pertimbangan ini, prosesnya menjadi sedikit lebih mahal. Namun dengan meniadakan finishing, beton berwarna mungkin menjadi pilihan dengan perbandingan cost-benefit yang menguntungkan. Dengan adanya pewarnaan, bangunan akan menjadi lebih unik dan menyolok.
sumber: https://www.archdaily.com/934531/how-black-concrete-is-made-and-its-application-in-7-projects